Tuesday 5 November 2019

istigomah dalam kebaikan: Semua adalah kehendak-NYA

istigomah dalam kebaikan: Semua adalah kehendak-NYA: Semua makhluk adalah ciptaan Allah baik, buruk, cacat itu ciptaan Allah aku slalu tersentuh ketika melihat ada manusia yg tak sempurna organ...

Wednesday 2 March 2016

VALIDITAS DAN RELIABELITAS

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan sebagai system dan pranata, mempunyai kontiunitas dalam kesinambungan harapan dan kenyataan dan diformulasikan setepat mungkin sehingga tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 dan di regulasikan lebiha dalam lagi dalam bentuk UU SISDIKNAS. Pengiplementasian ini yang seharusnya mengantarkan bangsa dalam peradaban yang makmur, sejahtera dan berkaadilan.
Salah satu system bagian yang selalu dikesampingkan dari bentuk pendidikan yaitu evaluasi, evaluasi pendidikan harus menjadi perhatian karena memiliki peran rekleftif, memberi peran tanda dan pertanda kecatatan system atau kemacetan system. Ketika evaluasi mulai terabaikan niscaya tujuan pendidikan akan hanya menjadi igauan semata.
Pengukuran bukan berarti berdiri sendiri begitu saja. Tetapi ada bagian yang sangat penting mendahuluinya. Hal tersebut sering kita dengar sebagai instrument atau tes. Instrument akan memberikan suatu gambaran sejauh mana tingkat hasil suatu pengukuran. Dan sebelum melakukan suatu pengukuran atau dalam hal ini instrument belum diapa-apakan. Terlebih dahulu tingkat validitas dan reliabilitas instrument harus diketahui.
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru harus selalu diperbaiki agar hasil yang diinginkan dapat menjadi lebih baik. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan sebagai system penilaian. Dalam penilaian proses dan hasil belajar disekolah, aspek-aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, pengolahan, dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil penilaian sangan berpengaruh terhadap kualitas lulusan.
Makalah ini akan membahas tentang validitas dan reliabilitas penilaian dan pengukuran.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami memberikan rumusan masalah sebagai berikut
1.      Apakah yang dimaksud dengan validitas?
2.      Apakah yang dimaksud reliabilitas?
3.      Apakah factor-faktor yang mempengaruhi validitas?
C.    Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk .
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan validitas
2.      Mengetahui yang dimaksud dengan reliabilitas
3.      Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi validitas

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Validitas
            Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan baik jika memiliki validitas. Kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, shahih, abash : jadi kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan, atau keabsahan.[1]
Apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut secara tepat, secara benar, seca shahih atau secara abash dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Anne Anastasi, dalam bukunya:  Psychological Testing, yang dikutib oleh Sumadi Suryabrata mendefinisikan validitas tes sebagai berikut:
            “ Validity the degree to which the tes actuality measures what it purports to measures”[2]
            Artinya: Validitas ialah tingkat dimana dengan sesungguhnya sebuah tes dapat mengukur apa yang hendak diukur.
            Menurut Muhammad Abdul Kholik dalam kitabnya Ikhtibaarootun al-Lughah, mendefinisikan validitas tes adalah sebagai berikut:
            As sidqu: inna sidqu al-akhbaari yaa’ni ila ay madaa ilaa yaqiisu al-ikhtibaari bii syaiin al-lazii wadoa min ajlihi.[3]
            Artinya : “Validitas tes adalah sejauh mana tes tersebut dapat mengukur apa – apa yang hendak diukur”.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil- kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik, bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannnya valid, yaitu tepat dan cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur berat badan.
Demikian pula kita ingin mengetahui waktu tempuh yang diperlukan dalam perjalanan dari satu kota ke kota lainnya, maka sebuah jam tangan biasa adalah cukup cermat dan karenanya akan menghasikan pengukuran waktu yang valid. Akan tetapi, jam tangan yang sama tentu tidak dapat memberikan hasil ukur yang valid mengenai waktu yang diperlukan seorang atlit pelari cepat dalam menempuh jarak 100 meter dikarenakan dalam hal itu diperlukan alat ukur yang dapat memberikan perbedaan satuan waktu terkecil sampai kepada pecahan detik yaitu stopwatch.
Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya.

Dengan demikian alat – alat evaluasi, khususya tes hasil belajar dapat dikatakan tes yang valid apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar.[4] Jadi bukan hanya mengukur daya ingatan atau kemampuan bahasa saja.


B.     Macam – Macam Validitas
Secara garis besar ada dua jenis validitas, yaitu: validitas, yaitu: validitas tes dan validitas butir.[5]
·         Validitas Tes
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman, macam yang pertama akan diperoleh dari validitas logis (logical validity), sementara yang kedua akan diperoleh dari validitas empiris (Empirical validity), dua hal inilah yang akan dijadikan dasar pengelompokan validitas.[6]
1)      Validitas logis
Validitas logis mengandung arti logika atau penalaran. Dengan demikian, validitas logis difungsikan untuk sebuah instrument evaluasi yang menunjukkan suatu kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi atau persyaratan valid dianggap terpenuhi apabila mengikuti teori dan ketentuan yang ada. karena itu validitas logis dapat di capai apabila instrument disusun mengikuti ketentuan yang ada.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrument, yaitu: validitas isi dan validitas konstruksi.
a)    Validitas Isi
Yang dimaksud validitas isiadalah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid isi dan valid tekhnik sampling yang berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel item tes mempresentasekan tentang soal itu.

Validitas isi juga bisa disebut dengan kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila mampu mengukur tujuan khusus tertentu dapat sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang telah diberikan.[7]

b)   Validitas Konstruksi
Secara terminology suatu tes belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruk, apabila tes hasil belajar tersebut ditinjau dari segi susunan, kerangka atau rekaanya telah dapat secara tepat mencerminkan suatu kontruksi dalam teori psikologis.
Konstruksi dalam pembahasan ini bukanlah ‘susunan’ seperti yang sering dijumpai di teknik, tetapi merupakan dalam teori psikologis yang mencakup beberapa aspek berpikir seperti: kognitif, efektif dan psikomotorik.[8]
Dengan demikian, sebuah tes hasil belajar dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir-butir soal turut mengukur setiap aspek berpikir (kognitif, efektif dan psikomotorik) yang biasa dicantumkan dalam indicator.
Contoh: jika rumusan Indikator. “ siswa  dapat memeberi arti lafal per lafal pada surat Al-Qadr dengan benar”, maka butir soal pada tes merupakan perintah agar siswa dapat mengartikan lafal-lafal pada surat Al-Qadr.
Seperti halnya validitas isi, validitas kontruksi dapat diketahui dengan cara merinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam indicator. Perngerjaanyaberdasarkan logika, bukan pengalaman.[9]
2)       Validitas Empiris
Kata empiris memiliki arti pengalaman. Oleh karena itu sebuah instrument dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
      Dengan demikian validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan jalan menyusun suatu instrument berdasaran ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus  dibuktikan dengan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengalaman dilapangan, terbukti bahwa tes belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya di ukur.
Contok praktisnya, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalamanya dibuktikan bahwa orng tersebut sudah banyak menghasilkan ide-ide baru yang diakui berbeda dari hal-hal yang telah ada.
Ada dua cara untuk mengetahui apakah tes hasil belajar itu sudah memiliki validitas empiris ataukah belum, yakni dari segi daya ketepatan bandinganya atau “ada sekarang” (concurunt validity) dan segi daya ketepatan meramalkanya ( predictive validity).
1)      Validitas bandingan atau “ada sekarang” ( concurrent validity)
Validitas bandingan memiliki arti bahwa suatu tes hasil belajar dipasangkan dengan data tes pengalaman yang sekarang telah ada.
Artinya membandingkan yang memiliki kesamaan dengan tes yang sejenisnya yang telah ada atau yang telah di bakukan.
Perbandingan tes mencakup abilitas, sasaran atau objek, serta waktu yang diperlukan. Perbandingan suatu tes memakai metode indeks korelasi berdasarkan hitungan korelasi. Apabila menunjukkan indekskorelasi cukup tinggi, yakni mendekati angka satu (korelasi sempurna), berarti tes yang tersusun sudah memiliki validitas.[10]
2)      Validitas Ramalan ( predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan datang. Jadi sekarang sama halnya belum terjadi. Sebuah tes memiliki validitas ramalan atau prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkanya apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.[11]
Contoh: tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang di perkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dlam mengikuti kuliah dimas yang akan datang, calon yang tersaring berdasarkan tes diharapkan mencerminkan mengikuti perkuliahan.
Sebagai alat pembanding validitas presiksi adalah niali-nilai yang diperoleh setelah pserta tes mengikuti pelajaran di perguruan tinggi. Jika ternyata yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian smester 1 di bandingkan dengan yang dahulu nilai tes masuknya lebih rendah, maka tes masuk yang dimaksud memiliki validitas prediksi.[12]

·         Validitas butir
Dimaksud dengan validitas butir dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal ( yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai sesuatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharunya diukur lewat butur soal tersebut.
Jika seorang guru telah mengetahui validitas soal tes misalnya rendah, maka selanjutnya dia ingin mengetahui butir tes manakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena memiliki validitas rendah.
Erat hubunganya antara butir soal dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami dari kenyataan, bahwa semakin banyak butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka skor-skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi, sebaliknya semakin sedikit butir-butir item yang dapat dijawab betul oleh testee, maka skor-skor total hasil tes itu akan semakin rendah atau semakin menurun.

C.    Faktor-Faktor yang mempengaruhi validitas
sebagaimana pendapat. R.I. Trondike dan H.P. Hagen (1977), bahwa, Validity is always in relation to a specific desion or use (validitas selalu dalam kaitanya dengan keputusan tertentu atau penggunaan). Banyak factor yang mempengaruhi hasil tes tidak valid, yaitu factor internal dari tes itu, factor eksternal, dan factor yang yang berasal dari objek tes (misalnya siswa) yang bersangkutan.[13]

1.      Factor yang berasal dari tes
a.       Arahan tes yang disusun dengan makna yang tidak jelas sehingga mengurangi validitas tes.
b.      Kata-kata yang digunakan instrument evaluasi terlalu sulit
c.       Item-item soal dikontruksi dengan jelek.
2.      Factor yang berasal dari luar tes
a.       Waktu mengerjakan tidak cukup bagi objek tes
b.      Tehnik pemberian skor yang tidak konsisten
c.       Adanya pihak tertentu yang masuk dan menjawab item tes yang diberikan
3.      Factor yang berasal dari objek tes
Ini bisa disebebkan karna psikologis objek tes atau juga bisa disebabkan kondisi lingkunhgan yang tidak nyaman sehingga konsentrasi objek tes terganggu.

D.    Pengertian Reliabilitas
Menurut Sukardi relaibelitas adalah karakter lain dari evaluasi. Reliabelitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrument evaluasi dikatakan mempunyai nilai reliabelitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.[14]
Sehubungan dengan reliabelitas ini Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan dalam Arikunto[15] menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabelitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabelitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliable tapi tidak valid. Sebaliknya tes yang valid biasanya reliable.
Menurut Sukardi ada beberapa tipe reliabelitas yang digunakan dalam kegiatan evaluasi dan masing-masing reliebelitas mempunyai konsistensi yang berbeda-beda. Beberap tipe reliebelitas di antaranya: tes-retes, ekivalen, dan belah dua yang ditentukan melalui korelasi.[16]


1.      Relibalelitas Dengan Tes-Retes
Reliabelitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-Retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor siswa mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika siswa itu dites lagi dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut. Seorang guru akan mengetahui seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur apa yang ingin diukur.[17]
Sedangkan Arikunto, Metode tes ulang (tes-retes) dilakukan untuk menghindari dua penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut juga dengan single-test-double-trial-method.[18]
Reliebelitas tes retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:
a.       Selenggarakan tes pada suatu kelompok yang tepat sesuai dengan rencana.
b.      Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan kembali tes yang sama dengan kelompok yang sama tersebut.
c.       Korelasikan kedua hasil tes tersebut.
Jika hasil koefisien menunjukkan tinggi, berarti reliabilias tes adalah bagus. Sebaliknya, jika korelasi rendah, berarti tes tersebut mempunyai konsistensi rendah.[19]
2.      Reliabelitas Dengan Bentuk Ekivalensi
Sesuai dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes evaluasi yang hendak diukur reliabelitasnya dibuat identik dengan tes acuan. Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaliknya mempunyai karate yang sama. Karakteristik yang dimaksud misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama[20]
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Arikunto,  tes paralel atau equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butirnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut  Alternate-forms method (parallel forms).[21]
Tes reliabelitas secara ekivalen dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Tentukan sasaran yang hendak dites
b.      Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
c.       Administrasinya hasilnya secara baik.
d.      Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan yang kedua kalinya pada kelompok tersebut
e.       Korelasikan kedua hasil skor tersebut[22]
3.      Reliebilitas Dengan Bentuk Belah Dua
Menurut Sukardi Reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam setiap item tes evaluasi. Relibilitas belah dua ini pelaksanaanya hanya satu kali.[23]
Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya dapat dilakukan dengan urutan sebagai  berikut:
a.       Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran.
b.      Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar dua item, yang paling umum dengan membagi item dengan nomor ganjil dengan item dengan nomor genap pada kelompok tersebut.
c.       Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil.
d.      Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran[24]
Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan yang juga sangat erat hubungannya dengan ketetapan hasil tes. Konsep ini tidak akan sulit dimengerti apabila telah memahami konsep validitas. Jika validitas terkait dengan ketepatan objek, maka konsep reliabilitas terkait dengan data-data yang telah berkali-kali diambil. Instrumen yang baik adalah instrument yang dapat dengan tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Dalam pembicaraan evaluasi ini, “tetap” tidak harus selalu “sama”. Tetapi mengikuti perubahan secara tetap
Reliabilitas suatu tes adalah konsistensi dari suatu tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur sehingga pengukuran itu memberikan informasi yang dapat dipercaya. Pengertian itu disimpulkan dari pendapat dua ahli pengukuran berikut ini. Arikunto[25] menyatakan bahwa reliabilitas dalam pengukuran berhubungan dengan masalah kepercayaan. Menurut Suryabrata[26] reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel artinya harus memiliki tingkat konsistensi dan kemampuan.
Suatu alat tes dikatakan reliabel apabila alat tes tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau tetap. Untuk membuktikan apakah suatu alat tes memiliki sifat tetap, perlu diadakan uji coba terhadap alat tes yang akan digunakan tersebut. Apabila sebuah tes diujicobakan lebih dari satu kali pada subjek yang sama dapat menghasilkan data yang kurang lebih sama, tes tersebut dikatakan dapat mengukur secara tetap.
Untuk mengukur reliabilitas soal dapat digunakan beberapa metode antara lain metode stabilitas, metode ekuavalensi, dan metode konsistensi internal[27] Metode yang tepat digunakan pada makalah ini adalah metode konsistensi internal. Metode konsistensi internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu pengujian[28]. Nunnaly dalam Surapranata, menyatakan bahwa metode ini didasarkan pada korelasi antarskor jawaban pada setiap butir tes. Ia juga menyatakan bahwa metode ini khususnya digunakan pada setiap butir-butir yang dikotomi seperti pilihan ganda.[29]
Reliabilitas soal dapat diketahui dari nilai Alpha Cronbach. Reliabilitas soal menggunakan metode konsistensi internal dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:













untuk tes-tes yang distandarkan, harga indeks reliabilitas itu paling tidak harus mencapai 0,85 sampai 0,90. Soal try out bersama mata pelajaran bahasa Indonesia ini disusun oleh tim MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) sehingga koefisien reliabilitas yang relevan adalah sebesar 0,90 atau lebih dari 0,90. Semakin tinggi koefisien reliabilitas berarti semakin baik soal tersebut. Soal yang memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi berarti kesalahan penyusunannya semakin kecil. Jumlah butir pertanyaan akan mempengaruhi indeks reliabilitas instrumen yang bersangkutan. Semakin banyak butir pertanyaan akan semakin tinggi indeks reliabilitasnya.



DAFTAR PUSTAKA
Nana sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar
Sumardi Suryobroto, pendidikan ke psikodianostik,
Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan.
Anas Sudijono, PengantarEvaluasi Pendidikan
Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, 2011, Prosedur penenlitian suatu pendekatan Praktitk. ( Jakarta : Rineka cipta), 86
Suryabrata, 2004, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo prsada
Surapranata, 2004, analisis, validitas, reliabelitas, dan implementasi hasil tes (Bandung : Remaja Rosdakarya)
Widoyoko, 2009 Evaluasi Program Pembelaljaran, (Jogjakarta : Pustaka Belajar)






[1] Anas Sudijono, pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm.93.
[2]Sumardi Suryobroto, pendidikan ke psikodianostik, hlm.23.
[3] Muhammad Abdul Kholik, ikhtibaarotun Al-Luqhoh, hlm.48
[4]Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, hlm. 65.
[5] Anas Sudijono, pengantar Evaluasi pendidikan, hlm.128
[6] Suharsimi Arikunto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 80
[7] Wawan Nurkancana, Evaluasi pendidikan, hlm.129
[8] Anas Sudijono, PengantarEvaluasi Pendidikan, hlm. 83
[9] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm.83
[10] Nana sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar, hlm. 15-16.
[11][11] Suharsimi Arikunto, dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 84.
[12] Anas Sudijono, pengantar evaluasi pendidikan, hlm. 182.
[13] Sukardi, pengantar evaluasi pendidikan. Hlm. 38
[14] Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm, 43
[15] Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hlm 88
[16] Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
[17] Ibid
[18] Arikunto, S. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan., hlm 88
[19] Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

[20] Ibid
[21] Arikunto, S. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan., hlm 87
[22] Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
[23] Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 47
[24] Ibid
[25] Arikunto, 2011, Prosedur penenlitian suatu pendekatan Praktitk. ( Jakarta : Rineka cipta), 86
[26] Suryabrata, 2004, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo prsada
[27] Surapranata, 2004, analisis, validitas, reliabelitas, dan implementasi hasil tes (Bandung : Remaja Rosdakarya). 90
[28] Widoyoko, 2009 Evaluasi Program Pembelaljaran, (Jogjakarta : Pustaka Belajar), 147

Ads Inside Post