KNOWLEDGE IS GOLD
Tuesday, 5 November 2019
istigomah dalam kebaikan: Semua adalah kehendak-NYA
istigomah dalam kebaikan: Semua adalah kehendak-NYA: Semua makhluk adalah ciptaan Allah baik, buruk, cacat itu ciptaan Allah aku slalu tersentuh ketika melihat ada manusia yg tak sempurna organ...
Wednesday, 2 March 2016
VALIDITAS DAN RELIABELITAS
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
sebagai system dan pranata, mempunyai kontiunitas dalam kesinambungan harapan
dan kenyataan dan diformulasikan setepat mungkin sehingga tujuan pendidikan
nasional yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 dan di regulasikan lebiha
dalam lagi dalam bentuk UU SISDIKNAS. Pengiplementasian ini yang seharusnya
mengantarkan bangsa dalam peradaban yang makmur, sejahtera dan berkaadilan.
Salah satu
system bagian yang selalu dikesampingkan dari bentuk pendidikan yaitu evaluasi,
evaluasi pendidikan harus menjadi perhatian karena memiliki peran rekleftif,
memberi peran tanda dan pertanda kecatatan system atau kemacetan system. Ketika
evaluasi mulai terabaikan niscaya tujuan pendidikan akan hanya menjadi igauan
semata.
Pengukuran bukan
berarti berdiri sendiri begitu saja. Tetapi ada bagian yang sangat penting
mendahuluinya. Hal tersebut sering kita dengar sebagai instrument atau tes.
Instrument akan memberikan suatu gambaran sejauh mana tingkat hasil suatu
pengukuran. Dan sebelum melakukan suatu pengukuran atau dalam hal ini
instrument belum diapa-apakan. Terlebih dahulu tingkat validitas dan
reliabilitas instrument harus diketahui.
Proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru harus selalu diperbaiki agar hasil yang
diinginkan dapat menjadi lebih baik. Salah satu upaya dalam meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas
pendidikan dapat dilakukan sebagai system penilaian. Dalam penilaian proses dan
hasil belajar disekolah, aspek-aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat
penilaian, penyusunan soal, pengolahan, dan interpretasi data hasil penilaian,
analisis butir soal memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan
data hasil penilaian sangan berpengaruh terhadap kualitas lulusan.
Makalah ini akan
membahas tentang validitas dan reliabilitas penilaian dan pengukuran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka kami memberikan rumusan masalah sebagai berikut
1. Apakah
yang dimaksud dengan validitas?
2. Apakah
yang dimaksud reliabilitas?
3. Apakah
factor-faktor yang mempengaruhi validitas?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk .
1. Mengetahui
yang dimaksud dengan validitas
2. Mengetahui
yang dimaksud dengan reliabilitas
3. Mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi validitas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Validitas
Suatu tes hasil
belajar dapat dikatakan baik jika memiliki validitas. Kata valid sering
diartikan dengan tepat, benar, shahih, abash : jadi kata validitas dapat
diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan, atau keabsahan.[1]
Apabila kata valid dikaitkan dengan
fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid jika tes
tersebut secara tepat, secara benar, seca shahih atau secara abash dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Anne Anastasi, dalam
bukunya: Psychological Testing,
yang dikutib oleh Sumadi Suryabrata mendefinisikan validitas tes sebagai
berikut:
“ Validity the
degree to which the tes actuality measures what it purports to measures”[2]
Artinya: Validitas
ialah tingkat dimana dengan sesungguhnya sebuah tes dapat mengukur apa yang
hendak diukur.
Menurut Muhammad
Abdul Kholik dalam kitabnya Ikhtibaarootun al-Lughah, mendefinisikan validitas
tes adalah sebagai berikut:
As sidqu: inna
sidqu al-akhbaari yaa’ni ila ay madaa ilaa yaqiisu al-ikhtibaari bii syaiin
al-lazii wadoa min ajlihi.[3]
Artinya : “Validitas tes adalah sejauh mana tes tersebut dapat
mengukur apa – apa yang hendak diukur”.
Sisi
lain dari pengertian validitas adalah aspek
kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu
menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran
yang cermat mengenai data tersebut.
Cermat
berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran
mengenai perbedaan yang sekecil- kecilnya di antara subjek yang satu dengan
yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik, bila kita
hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat penimbang
berat emas agar hasil penimbangannnya valid, yaitu tepat dan cermat. Sebuah
alat penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat
guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan berat yang sangat kecil pada
berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur berat badan.
Demikian
pula kita ingin mengetahui waktu tempuh yang diperlukan dalam perjalanan dari
satu kota ke kota lainnya, maka sebuah jam tangan biasa adalah cukup cermat dan
karenanya akan menghasikan pengukuran waktu yang valid. Akan tetapi, jam tangan
yang sama tentu tidak dapat memberikan hasil ukur yang valid mengenai waktu
yang diperlukan seorang atlit pelari cepat dalam menempuh jarak 100 meter
dikarenakan dalam hal itu diperlukan alat ukur yang dapat memberikan perbedaan
satuan waktu terkecil sampai kepada pecahan detik yaitu stopwatch.
Menggunakan
alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi
tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan
kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki tingkat kesalahan yang
kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang
sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya.
Dengan demikian alat – alat evaluasi, khususya tes hasil belajar dapat
dikatakan tes yang valid apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil
belajar.[4]
Jadi bukan hanya mengukur daya ingatan atau kemampuan bahasa saja.
B.
Macam – Macam Validitas
Secara garis besar ada dua jenis validitas, yaitu: validitas, yaitu:
validitas tes dan validitas butir.[5]
·
Validitas
Tes
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari
hasil pengalaman, macam yang pertama akan diperoleh dari validitas logis (logical
validity), sementara yang kedua akan diperoleh dari validitas empiris (Empirical
validity), dua hal inilah yang akan dijadikan dasar pengelompokan
validitas.[6]
1)
Validitas
logis
Validitas logis mengandung arti
logika atau penalaran. Dengan demikian, validitas logis difungsikan untuk
sebuah instrument evaluasi yang menunjukkan suatu kondisi bagi sebuah
instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi
atau persyaratan valid dianggap terpenuhi apabila mengikuti teori dan ketentuan
yang ada. karena itu validitas logis dapat di capai apabila instrument disusun
mengikuti ketentuan yang ada.
Ada dua macam validitas logis yang
dapat dicapai oleh sebuah instrument, yaitu: validitas isi dan validitas
konstruksi.
a)
Validitas
Isi
Yang
dimaksud validitas isiadalah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur
cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan
dua aspek penting, yaitu valid isi dan valid tekhnik sampling yang berkaitan
dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel item tes mempresentasekan tentang soal
itu.
Validitas isi juga bisa disebut
dengan kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes
hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila mampu mengukur tujuan khusus
tertentu dapat sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang telah diberikan.[7]
b)
Validitas
Konstruksi
Secara terminology suatu tes belajar
dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruk, apabila
tes hasil belajar tersebut ditinjau dari segi susunan, kerangka atau rekaanya
telah dapat secara tepat mencerminkan suatu kontruksi dalam teori psikologis.
Konstruksi dalam pembahasan ini
bukanlah ‘susunan’ seperti yang sering dijumpai di teknik, tetapi merupakan
dalam teori psikologis yang mencakup beberapa aspek berpikir seperti: kognitif,
efektif dan psikomotorik.[8]
Dengan demikian, sebuah tes hasil
belajar dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir-butir soal turut
mengukur setiap aspek berpikir (kognitif, efektif dan psikomotorik) yang biasa
dicantumkan dalam indicator.
Contoh: jika rumusan Indikator. “
siswa dapat memeberi arti lafal per
lafal pada surat Al-Qadr dengan benar”, maka butir soal pada tes merupakan
perintah agar siswa dapat mengartikan lafal-lafal pada surat Al-Qadr.
Seperti halnya validitas isi,
validitas kontruksi dapat diketahui dengan cara merinci dan memasangkan setiap
butir soal dengan setiap aspek dalam indicator. Perngerjaanyaberdasarkan
logika, bukan pengalaman.[9]
2)
Validitas Empiris
Kata empiris memiliki arti
pengalaman. Oleh karena itu sebuah instrument dikatakan memiliki validitas
empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
Dengan
demikian validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan jalan menyusun
suatu instrument berdasaran ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi
harus dibuktikan dengan hasil analisis
yang dilakukan terhadap data hasil pengalaman dilapangan, terbukti bahwa tes
belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang
seharusnya di ukur.
Contok praktisnya, seseorang dapat
dikatakan kreatif apabila dari pengalamanya dibuktikan bahwa orng tersebut
sudah banyak menghasilkan ide-ide baru yang diakui berbeda dari hal-hal yang
telah ada.
Ada dua cara untuk mengetahui apakah
tes hasil belajar itu sudah memiliki validitas empiris ataukah belum, yakni
dari segi daya ketepatan bandinganya atau “ada sekarang” (concurunt validity)
dan segi daya ketepatan meramalkanya ( predictive validity).
1)
Validitas
bandingan atau “ada sekarang” ( concurrent validity)
Validitas bandingan memiliki arti bahwa suatu tes hasil belajar
dipasangkan dengan data tes pengalaman yang sekarang telah ada.
Artinya membandingkan yang memiliki
kesamaan dengan tes yang sejenisnya yang telah ada atau yang telah di bakukan.
Perbandingan tes mencakup abilitas,
sasaran atau objek, serta waktu yang diperlukan. Perbandingan suatu tes memakai
metode indeks korelasi berdasarkan hitungan korelasi. Apabila menunjukkan
indekskorelasi cukup tinggi, yakni mendekati angka satu (korelasi sempurna),
berarti tes yang tersusun sudah memiliki validitas.[10]
2)
Validitas
Ramalan ( predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dan
meramal selalu mengenai hal yang akan datang. Jadi sekarang sama halnya belum
terjadi. Sebuah tes memiliki validitas ramalan atau prediksi apabila mempunyai
kemampuan untuk meramalkanya apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.[11]
Contoh: tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang di
perkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dlam mengikuti kuliah
dimas yang akan datang, calon yang tersaring berdasarkan tes diharapkan
mencerminkan mengikuti perkuliahan.
Sebagai alat pembanding validitas
presiksi adalah niali-nilai yang diperoleh setelah pserta tes mengikuti
pelajaran di perguruan tinggi. Jika ternyata yang memiliki nilai tes lebih
tinggi gagal dalam ujian smester 1 di bandingkan dengan yang dahulu nilai tes
masuknya lebih rendah, maka tes masuk yang dimaksud memiliki validitas
prediksi.[12]
·
Validitas
butir
Dimaksud dengan validitas butir dari
suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal ( yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai sesuatu totalitas), dalam
mengukur apa yang seharunya diukur lewat butur soal tersebut.
Jika seorang guru telah mengetahui
validitas soal tes misalnya rendah, maka selanjutnya dia ingin mengetahui butir
tes manakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena
memiliki validitas rendah.
Erat hubunganya antara butir soal
dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami
dari kenyataan, bahwa semakin banyak butir-butir item yang dapat dijawab dengan
betul oleh testee, maka skor-skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi,
sebaliknya semakin sedikit butir-butir item yang dapat dijawab betul oleh
testee, maka skor-skor total hasil tes itu akan semakin rendah atau semakin
menurun.
C.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi validitas
sebagaimana pendapat. R.I. Trondike
dan H.P. Hagen (1977), bahwa, Validity is always in relation to a specific
desion or use (validitas selalu dalam kaitanya dengan keputusan tertentu atau
penggunaan). Banyak factor yang mempengaruhi hasil tes tidak valid, yaitu
factor internal dari tes itu, factor eksternal, dan factor yang yang berasal
dari objek tes (misalnya siswa) yang bersangkutan.[13]
1.
Factor
yang berasal dari tes
a.
Arahan
tes yang disusun dengan makna yang tidak jelas sehingga mengurangi validitas
tes.
b.
Kata-kata
yang digunakan instrument evaluasi terlalu sulit
c.
Item-item
soal dikontruksi dengan jelek.
2.
Factor
yang berasal dari luar tes
a.
Waktu
mengerjakan tidak cukup bagi objek tes
b.
Tehnik
pemberian skor yang tidak konsisten
c.
Adanya
pihak tertentu yang masuk dan menjawab item tes yang diberikan
3.
Factor
yang berasal dari objek tes
Ini bisa disebebkan karna psikologis objek tes atau juga bisa
disebabkan kondisi lingkunhgan yang tidak nyaman sehingga konsentrasi objek tes
terganggu.
D.
Pengertian Reliabilitas
Menurut Sukardi relaibelitas adalah karakter lain dari
evaluasi. Reliabelitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau
keajegan. Suatu instrument evaluasi dikatakan mempunyai nilai reliabelitas
tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsisten dalam mengukur yang
hendak diukur.[14]
Sehubungan dengan reliabelitas ini Scarvia B. Anderson dan
kawan-kawan dalam Arikunto[15]
menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabelitas ini
penting. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabelitas ini perlu,
karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliable tapi tidak
valid. Sebaliknya tes yang valid biasanya reliable.
Menurut Sukardi ada beberapa tipe reliabelitas yang digunakan
dalam kegiatan evaluasi dan masing-masing reliebelitas mempunyai konsistensi
yang berbeda-beda. Beberap tipe reliebelitas di antaranya: tes-retes, ekivalen,
dan belah dua yang ditentukan melalui korelasi.[16]
1. Relibalelitas
Dengan Tes-Retes
Reliabelitas tes-retes tidak lain adalah derajat
yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-Retes
menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi
yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran.
Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor siswa
mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika siswa itu
dites lagi dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut. Seorang
guru akan mengetahui seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur apa yang
ingin diukur.[17]
Sedangkan Arikunto, Metode tes ulang (tes-retes)
dilakukan untuk menghindari dua penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan
teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tapi dicobakan dua
kali. Oleh karena tesnya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat
disebut juga dengan single-test-double-trial-method.[18]
Reliebelitas
tes retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:
a.
Selenggarakan tes pada suatu kelompok yang tepat sesuai
dengan rencana.
b.
Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua
minggu, lakukan kembali tes yang sama dengan kelompok yang sama tersebut.
c.
Korelasikan kedua hasil tes tersebut.
Jika hasil
koefisien menunjukkan tinggi, berarti reliabilias tes adalah bagus. Sebaliknya,
jika korelasi rendah, berarti tes tersebut mempunyai konsistensi rendah.[19]
2. Reliabelitas Dengan Bentuk
Ekivalensi
Sesuai
dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes evaluasi yang hendak diukur
reliabelitasnya dibuat identik dengan tes acuan. Setiap tampilannya, kecuali
substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaliknya mempunyai
karate yang sama. Karakteristik yang dimaksud misalnya mengukur variabel yang
sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan
dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama[20]
Pernyataan
serupa juga disampaikan oleh Arikunto, tes paralel atau equivalent adalah dua buah
tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi
butir-butirnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut Alternate-forms
method (parallel forms).[21]
Tes
reliabelitas secara ekivalen dapat dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tentukan sasaran yang hendak dites
b. Lakukan tes yang dimaksud kepada
subjek sasaran tersebut.
c. Administrasinya hasilnya secara
baik.
d. Dalam waktu yang tidak terlalu lama,
lakukan pengetesan yang kedua kalinya pada kelompok tersebut
e. Korelasikan kedua hasil skor
tersebut[22]
3. Reliebilitas Dengan Bentuk Belah Dua
Menurut
Sukardi Reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur
konsistensi internal. Yang dimaksud konsistensi internal adalah salah satu tipe
reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam setiap item tes evaluasi.
Relibilitas belah dua ini pelaksanaanya hanya satu kali.[23]
Cara
melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya dapat dilakukan dengan urutan
sebagai berikut:
a. Lakukan pengetesan item-item yang
telah dibuat kepada subjek sasaran.
b. Bagi tes yang ada menjadi dua atas
dasar dua item, yang paling umum dengan membagi item dengan nomor ganjil dengan
item dengan nomor genap pada kelompok tersebut.
c. Hitung skor subjek pada kedua belah
kelompok penerima item genap dan item ganjil.
d. Korelasikan kedua skor tersebut,
menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran[24]
Reliabilitas
berhubungan dengan kepercayaan yang juga sangat erat hubungannya dengan
ketetapan hasil tes. Konsep ini tidak akan sulit dimengerti apabila telah
memahami konsep validitas. Jika validitas terkait dengan ketepatan objek, maka
konsep reliabilitas terkait dengan data-data yang telah berkali-kali diambil.
Instrumen yang baik adalah instrument yang dapat dengan tetap memberikan data
yang sesuai dengan kenyataan. Dalam pembicaraan evaluasi ini, “tetap” tidak
harus selalu “sama”. Tetapi mengikuti perubahan secara tetap
Reliabilitas
suatu tes adalah konsistensi dari suatu tes dalam mengukur apa yang seharusnya
diukur sehingga pengukuran itu memberikan informasi yang dapat dipercaya.
Pengertian itu disimpulkan dari pendapat dua ahli pengukuran berikut ini.
Arikunto[25]
menyatakan bahwa reliabilitas dalam pengukuran berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Menurut Suryabrata[26] reliabilitas
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya.
Hasil pengukuran harus reliabel artinya harus memiliki tingkat konsistensi dan
kemampuan.
Suatu
alat tes dikatakan reliabel apabila alat tes tersebut dapat dipercaya,
konsisten, atau tetap. Untuk membuktikan apakah suatu alat tes memiliki sifat
tetap, perlu diadakan uji coba terhadap alat tes yang akan digunakan tersebut.
Apabila sebuah tes diujicobakan lebih dari satu kali pada subjek yang sama
dapat menghasilkan data yang kurang lebih sama, tes tersebut dikatakan dapat
mengukur secara tetap.
Untuk
mengukur reliabilitas soal dapat digunakan beberapa metode antara lain metode
stabilitas, metode ekuavalensi, dan metode konsistensi internal[27]
Metode yang tepat digunakan pada makalah ini adalah metode konsistensi
internal. Metode konsistensi internal diperoleh dengan cara menganalisis data
dari satu pengujian[28].
Nunnaly dalam Surapranata, menyatakan bahwa metode ini didasarkan pada korelasi
antarskor jawaban pada setiap butir tes. Ia juga menyatakan bahwa metode ini
khususnya digunakan pada setiap butir-butir yang dikotomi seperti pilihan
ganda.[29]
untuk
tes-tes yang distandarkan, harga indeks reliabilitas itu paling tidak harus
mencapai 0,85 sampai 0,90. Soal try out bersama mata pelajaran bahasa
Indonesia ini disusun oleh tim MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) sehingga
koefisien reliabilitas yang relevan adalah sebesar 0,90 atau lebih dari 0,90.
Semakin tinggi koefisien reliabilitas berarti semakin baik soal tersebut. Soal
yang memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi berarti kesalahan
penyusunannya semakin kecil. Jumlah butir pertanyaan akan mempengaruhi indeks
reliabilitas instrumen yang bersangkutan. Semakin banyak butir pertanyaan akan
semakin tinggi indeks reliabilitasnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nana
sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar
Sumardi
Suryobroto, pendidikan ke psikodianostik,
Wayan
Nurkancana, Evaluasi Pendidikan.
Anas
Sudijono, PengantarEvaluasi Pendidikan
Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Sukardi. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto,
2011, Prosedur penenlitian suatu pendekatan Praktitk. ( Jakarta : Rineka
cipta), 86
Suryabrata,
2004, Psikologi Pendidikan. Jakarta:
PT. Grafindo prsada
Surapranata,
2004, analisis, validitas, reliabelitas, dan implementasi hasil tes
(Bandung : Remaja Rosdakarya)
Widoyoko,
2009 Evaluasi Program Pembelaljaran, (Jogjakarta : Pustaka Belajar)
[1] Anas Sudijono, pengantar
Evaluasi Pendidikan, hlm.93.
[2]Sumardi Suryobroto, pendidikan ke
psikodianostik, hlm.23.
[3] Muhammad Abdul Kholik,
ikhtibaarotun Al-Luqhoh, hlm.48
[4]Wayan Nurkancana, Evaluasi
Pendidikan, hlm. 65.
[5] Anas Sudijono, pengantar
Evaluasi pendidikan, hlm.128
[6] Suharsimi Arikunto, Dasar –
Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 80
[7] Wawan Nurkancana, Evaluasi
pendidikan, hlm.129
[8] Anas Sudijono, PengantarEvaluasi
Pendidikan, hlm. 83
[9] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, hlm.83
[10] Nana sudjana, penilaian hasil
proses belajar mengajar, hlm. 15-16.
[12] Anas Sudijono, pengantar
evaluasi pendidikan, hlm. 182.
[13] Sukardi, pengantar evaluasi
pendidikan. Hlm. 38
[14] Sukardi.
(2008). Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Hlm, 43
[15] Arikunto,
S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hlm 88
[16] Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
[17] Ibid
[18] Arikunto,
S. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan., hlm 88
[19] Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
[20] Ibid
[21] Arikunto,
S. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan., hlm 87
[22] Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
[23] Sukardi. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, 47
[24] Ibid
[25] Arikunto, 2011, Prosedur
penenlitian suatu pendekatan Praktitk. ( Jakarta : Rineka cipta), 86
[27] Surapranata, 2004, analisis,
validitas, reliabelitas, dan implementasi hasil tes (Bandung : Remaja
Rosdakarya). 90
[28] Widoyoko, 2009 Evaluasi
Program Pembelaljaran, (Jogjakarta : Pustaka Belajar), 147
[29] Surapranata, 2004, analisis,
validitas, reliabelitas, dan implementasi hasil tes
DINASTI SAFAWI DARI TAREKAT KE POLITIK
PENDIDIKAN MODERN DI MESIR
PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
TUGAS, FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB HAKIM
HUKUM JUAL BELI KHAMER, BABI DAN BERHALA
POPULER POST
DINASTI SAFAWI DARI TAREKAT KE POLITIK
PENDIDIKAN MODERN DI MESIR
PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
TUGAS, FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB HAKIM
HUKUM JUAL BELI KHAMER, BABI DAN BERHALA
Subscribe to:
Posts (Atom)