PENGERTIAN INTEGRASI, ILMU, AGAMA DAN KORELASINYA
Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia, W.J.S Poerwadarminta mengartikan kata integrasi dengan penyatuan
supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. Integrasi merupakan usaha
untuk menjadikan dua atau lebih hal menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Ilmu dalam bahasa indonesia
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris science yang berarti mengetahui
dan belajar, maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari
sesuatu yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu. Menurut James
Conant (Fatah Santoso, 2004: 24) ilmu adalah suatu deretan konsep dan skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil eksperimen serta
observasi, dan berguna untuk diamati serta dieksperimentasikan lebih lanjut.
Lebih lanjut, terminologi (istilah) ilmu
merupakan sesuatu yang memiliki beragam makna. Menurut The Liang Gie ilmu dapat
dibedakan menurut cakupannya. Pertama, ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk
menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan.
Dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumum-umumnya. Adapun dalam
arti yang kedua ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang
mempelajari satu pokok soal tertentu misalnya antropologi, geografi, sosiologi.
Tulisan ini menempatkan pemahaman ilmu pada arti yang pertama.
Ilmu dapat pula dibedakan
berdasarkan maknanya, yaitu pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam arti
pengetahuan, dikatakan bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari
pengetahuan. John G. Kemeny menggunakan istilah ilmu dalam arti semua pengetahuan
yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah.
Ilmu dalam bahasa Arab berasal dari
kata ‘alima yang berarti ‘tahu’. Dalam bahasa Inggris di sebut science berasal
dari perkataan Latin scientia yang diturunkan dari kata scire yang berarti
mengetahui (to know) atau belajar (to learn). Dalam arti yang kedua ini ilmu
dipahami sebagai aktifitas, sebagaimana dikatakan Charles Singer bahwa ilmu
adalah proses yang membuat pengetahuan. Sebagai aktifitas, ilmu melangkah lebih
lanjut pada metode.
Titus mengatakan bahwa banyak orang
mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh
pengetahuan yang objektif dan dapat membuktikan kebenarannya.
Sedangkan, konsep mengenai agama
memiliki banyak sekali definisi (Endang Saefudin Anshari, 1987: 117-118), hal
ini dikarenakan sifatnya yang subjektif sehingga definisinya pun beragam sesuai
dengan pemikiran orang yang mendefinisikan tersebut.
Dalam Musyawarah Antar Agama di
Jakarta, 30 November 1967, terkait dengan agama, H.M. Rasjidi mengatakan bahwa agama
adalah hal yang disebut sebagai problem of ultimate concern, oleh karenanya
tidak mudah untuk didefinisikan. Mukti Ali menunjukkan tiga alasan mengapa
agama sulit didefinisikan, yaitu pertama, pengalaman keagamaan bersifat
batiniah dan subjektif. Kedua, membahas arti agama selalu melibatkan emosi.
Ketiga, arti agama dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian
agama tersebut.
Agama secara etimologis berasal dari
bahasa Arab “aqoma” yang berarti ‘menegakkan’. Sementara kebanyakan ahli mengatakan
bahwa kata ‘agama’ berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu a (tidak) dan gama
(berantakan), sehingga agama berarti tidak berantakan. Namun ada pula yang
mengartikan a adalah cara dan gama berarti jalan. Agama berarti cara-cara
berjalan untuk sampai kepada keridhaan Tuhan.
Selain dua pandangan tersebut, kata
‘agama’ sering disejajarkan dengan kata majemuk “negara kertagama” yang berarti
peraturan tentang kemakmuran agama, atau juga dengan kata majemuk “asmaragama”
yang berarti peraturan tentang asmara, dengan kata lain agama dalam hal ini
dapat diartikan peraturan atau tata cara.
Agama yang dalam bahasa Inggris,
Perancis dan Jerman disebut religion atau dalam bahasa Belanda disebut religie,
diambil dari bahasa Latin, yaitu relege (to treat carefully), relegare
(to bind together) dan religare (to recover).
Dalam Islam ‘agama’ disebut dengan
‘dien’ yang oleh Moenawar Chalil dijelaskan bahwa: “Kata dien itu mashdar dari
kata kerja daana – yadienu. Menurut lughat, kata dien itu mempunyai arti
bermacam-macam, antara lain berarti: cara atu adat istiadat, peraturan,
undang-undang, taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, agama.”
Dalam Filsafat Perennial, agama
memiliki dimensi eksoterik (bentuk) dan esoterik (substansi). Secara eksoterik
di dunia ini dikenal banyak agama, namun diantara keragaman agama tersebut
setiap agama memiliki substansi yang menjadi titik temu bagi keragaman
tersebut. Agama yang dimaksud dalam tulisan ini secara eksoterik adalah Islam,
namun secara esoterik tentu Islam memiliki nilai-nilai universal yang juga ada
setiap agama.
Dari banyaknya definisi yang ada,
agama yang dimaksud di sini adalah agama Islam, yakni agama yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW yang berlandaskan kitab suci al-Qur‘an.
Jadi
yang dimaksud dengan integrasi ilmu dan agama adalah upaya untuk menyatukan
antara ilmu dan agama Islam agar tidak terpisahkan satu sama lainnya.
No comments:
Post a Comment