Thursday 15 October 2015

REVOLUSI TURKI USAMANI

Dalam hal pembaharuan, pemikiran Mustafa Kemal banyak dipengaruhi ide golongan nasionalis Turki dan ide golongan Barat. Menurutnya Turki bisa maju hanya dengan meniru Barat. Setelah perjuangan kemerdekaan selesai, perjuangan baru dimulai, yaitu perjuangan untuk memperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki. Peradaban Barat bukan diambil setengah-setengah, tetapi secara keseluruhan. Westernisme, sekularisasi, dan nasionalisme yang menjadi dasar pemikiran pembaharuan Mustafa Kemal.[1] Ideologi yang dibangun Mustafa Kemal tersebut sering kali dikenal dengan “Kemalisme”. Marshal Hodgson mengatakan bahwa Kemalisme terdiri dari enam prinsip. Pertama, republikanisme yaitu prinsip pemerintahan konstitusional atas dasar pemilihan. Kedua, nasionalisme yaitu pemerintahan yang didasarkan kepada pengembangan kebudayaan nasional yang spesifik dan menekankan loyalitas dalam menjalankan pemerintahan. Ketiga, populisme yaitu pengakuan pada martabat rakyat. Keempat, etatisme yaitu Negara menjadi penanggung jawab utama dan penyelenggara kemakmuran ekonomi. Kelima, sekularisme yaitu penolakan terhadap hak istimewa agama dan pemisahan agama dari kehidupan politikdan kenegaraan. Keenam, reformisme yaitu melanjutkan penerapan hal-hal baru dan dipandang lebih baik, meskipun dengan mengorbankan tradisi.[2]  Akhirnya, pada tanggal 29 Oktober 1923 Mustafa Kemal memproklamasikan kelahiran Republik Turki sebagai metamorphosis dari imperium Utsmaniyah.[3]
Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Mustafa Kemal (Kemalisme) adalah:

a. Pemisahan antara pemerintahan dengan agama (sekularisasi) (1920).

b. Kedaulatan Turki bukan di tangan sultan, tapi di tangan rakyat.

c. Jabatan khalifah dipertahankan, tapi hanya memiliki kewenangan spiritual; sedangkan kewenangan duniawi ditiadakan (1922).

d. Merubah bentuk Negara dari bentuk khilafah menjadi Republik, dan Islam menjadi agama Negara (1923).

e. Turki mendeklarasikan sebagai Negara sekuler dengan menghapus Islam sebagai Negara (1937) [4]

Sebelum menjadi Negara sekuler, Mustafa Kemal telah meniadakan institusi-institusi keagamaan dalam pemerintahan:

1) Penghapusan kekhalifahan. [5]

2) Penghapusan Kementerian Syariat;

3) Penghapusan Mahkamah Syariat.
Sebagai bagian dari proses sekularisasi, Mustafa Kemal kemudian memutuskan untuk:

1) Meniadakan pelajaran Bahasa Arab dan Persia di sekolah-sekolah (1928);

2) Meniadakan pendidikan agama di sekolah-sekolah (1933);

3) Penerjemahan al-Quran ke dalam Bahasa Turki agar dipahami oleh masyarakat;

4) Khutbah Jumat harus dilakukan dengan menggunakan Bahasa Turki.[6]

5) Adzan dirubah ke dalam Bahasa Turki bukan Bahasa Arab yang dimulai pemakaiannya pada tahun 1931;

6) Sekularisasi berpusat pada kekuasaan karena golongan. Oleh karena itu, pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang, seperti Partai Islam, Partai Kristen, dan sebagainya. Yang paling ditentangnya adalah ide Negara Islam dan pembentukan Negara Islam.

Mustafa Kemal sebagai nasionalis dan pengagung Barat sebenarnya tidak menentang Islam baginya Islam adalah agama yang rasional dan perlu bagi umat manusia. Tetapi, agama yang rasional itu telah dirusak oleh tangan manusia. Oleh sebab itu, melihat perlunya diadakan pembaharuan dalam soal agama untuk disesuaikan dengan keadaan di Turki. Sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal tidak sampai menghilangkan agama.[7]



[1] Fadil SJPasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, hlm. 263-264.  
[2] Marshal GS. Hodgson, The Venture of Islam (Chicago: The University of Chicago Press, 1974), hlm. 263.  
[3] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., hlm. 219  
[4] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, hlm. 267.  
[5] Ajid Thohir, Op. Cit, hlm. 220.  
[6] Dedi Supriyadi, Op. Cit, hlm. 267-268  
[7] Fadil Sj, Op. Cit, hlm. 264-266.  

No comments:

Post a Comment

Ads Inside Post