Sebagian Ahli sejarah mengatakan Langkah
awal yang dilakukan oleh Thalhah dan zubair ialah berangkat ke Mekkah untuk
berdiplomasi dengan Aisyah (dan disinyalir memang punya hubungan keluarga dengan
Thalhah), setelah mereka berhasil meyakinkan Aisyah maka Aisyah kemudian bertanya
“apa yang harus saya lakukan?”Dengan tangkas Thalha dan Zubair menjawab bahwa
“sampaikan kepada masyarakat bahwa Usman telah dibunuh secara zalim, dan urusan
harus diserahkan kepada Dewan Muslim yang dibentuk Umar ibn Khattab”.[1]
Bergabungnya Aisyah dalam
barisannya, jelas merupakan langkah maju bagi Thalha dan Zubair, apalagi dengan
dideklarasikannya penanggung jawab pengusutan kasus kematian Usman bin Affan
kepada Dewam Muslim yang juga dianggotai oleh Thalha, Zubair dan Sa’ad bin Abi
Waaqqash.
Menurut Ibn Abi Al-Hadid bahwa salah
satu motif yang menguatkan posisi Thalhah dan Zubair untuk melakukan
pemberontakan karena hasutan dari Mu’awiyah, isu yang ditawarkan oleh Mu’awiyah
kepadanya untuk diangkat sebagai legitimasi pemberontakan ialah menuntut balas
atas kematian Usman. Dan setelah meyakinkan Zubair akan loyalitas
masyarakat Suriah terhadapnya sebagai khalifah, Mu’awiyah melanjutkan bahwa segeralah
ke Kufah dan Bashrah sebelum Ali bin Abi Thalib mendahuluimu kesana, karena
kalian tidak akan memperoleh apa-apa jika kalian kehilangan kedua kota
tersebut.[2]
Akhir dari kualisi-kualisi taktis
politis ini ialah meletusnya perang Jamal di Basrahpada tanggal 16 Jumadil Tsani 36 H / 6 Desember 656M.[3] Dikatakan perang Jamal, karena Aisyah ikut serta dalam
peperangan ini dengan mengendarai unta. Dan saat perang tersebut berlangsung
Zubair berkata kepada Ali bahwa
anda tidak lebih berhak atau tidak lebih memenuhi syarat untuk memegang jabatan
khalifah, melainkan kami (Zubair, Thalhah dan Sa’ad bin Abi Waqqas) pun
sama-sama memiliki hak dan sama-sama memenuhi syarat untuk itu.[4]
Meski dukungan demi dukungan mereka
berhasil dapatkan untuk melakukan konfrontasi di Perang Jamal nantinya, tapi
fakta dalam sejarah membuktikan bahwa mereka ternyata berhasil ditaklukkan oleh
barisan Ali bin Abi Thalib. Tokoh-tokoh penggerak perang tersebut dapat
dipatahkan, hingga dalam sejarah tercatat bahwa Thalhah terbunuh oleh anak
panah yang dibidikkan oleh Marwan ibn Al-Hakam. Melihat nasib sekutunya, Zubair
segera meninggalkan medan perang, namun ia diburuh dan dibunuh oleh seorang
suku Tamim atas suruhan al-Ahnaf ibn Qais (pemuka Anshar/pendukung setia Ali
bin Abi Thalib).
Kebanyakan dari para sejarah muslim
mengatakan saat Aisyah mengirim berita kepada Ali bin Abi Thalib untuk
menyampaikan bahwa sesungguhnya ia datang untuk berdamai. Maka kedua belah
pihak pun gembira menyambutnya.Dan saat itu pula rencana perdamaian terdengar
ke telinga orang-orang yang telah membunuh Utsman dan mereka Khawatir atas
keselamatan diri mereka. Maka berkumpullah sebagian tokohnya diantaranya,
al-Asytar an Nakha’I, Syuriah bin Aufa, Abdullah bin Saba, yang dikenal dengan
Ibnu Sauda, Salim bin Tsa’laba, dll untuk membicarakan rencana yang ingin
mereka kerjakan untuk menimbulkan peperangan yang terjadi antara kubu Ali dan
Aisyah,
Rencana para pemberontak terlaksana
dan terjadilah peperangan antara kubu Ali dan Aisyah yang disebut dengan perang
Jamal
Pada hakekatnya Ali bin Abi Thalib
tidak menyukai yang namanya perselisihan dan perpecahan hal ini seperti apa
yang disampaikan Ali bin Abi Thalib kepada putranya, al-Hasan,” Wahai putraku,
alangkah baik sekiranya ayahmu mati dua puluh tahun sebelum hari ini.” Dan
dalam peperangan itu dimenagkan oleh kubu Ali bin Abi Thalib.
[1]Rasul Ja’farian, History of the caliphs :
From the Death of the messenger to the decline of the Umayyad Dynasty.terj.
Ilyas Hasan, Sejarah Islam : Sejak Wafat Nabi Saw hingga runtuhnya Dinasti
Bani Umayyah. (Cet. II, Jakarta : PT. Lentera Basritama, 2009 M), h. 307.
[2]Mahmud M. Ayoub, op.cit., h. 134
[3]K. Ali, A study of Islamic History. terj. A.
Mas'adi dengan judul " Sejarah Islam dari awal sampai runtuhnya dinasti
Usmani (Tarikh pra modern), (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1997) h. 138.
No comments:
Post a Comment